Hafid Harun, korban penganiayaan polisi |
WAINGAPU - Kapolres Sumba Timur, AKBP Made Dharmadi secara legowo mengakui perilaku anak buahnya yang menganiaya Hafid Harun (32), penjual ikan di Pasar Inpres Waingapu.
Dia menjelaskan, penganiayaan yang dilakukan oknum polisi tersebut tidak patut ditiru. Dia memastikan hari ini juga akan membawa para pelaku dan jajarannya untuk datang ke rumah korban.
Langkah ini ditempuh sebagai bentuk simpati juga kembali menjalin silaturahim jajarannya dengan korban, khususnya, dan warga, pada umumnya.
Hafid Harun, korban penganiayaan, yang ditemui terpisah menyambut baik niat damai yang dikemukakan Kapolres Sumba Timur. Karena terharu, Hafid meneteskan air mata.
Air mata yang mengalir diakuinya sebagai bentuk kelegaan hatinya karena polisi nomor satu di Sumba Timur itu menuhi harapannya.
“Jika Pak Kapolres mau datang langsung bersama anggotanya yang memukul saya untuk memohon maaf secara langsung, saya juga manusia yang punya hati, pasti akan menerimanya. Apalagi jika mereka turut meminta maaf pada keluarga, saya yakni kakak dan mama saya terima permohonan maaf itu,” tuturnya terpisah.
“Saya juga berterima kasih juga buat kawan dan saudara wartawan yang turut mengangkat persoalan ini,” jelasnya dengan terbata-bata seraya meneteskan air mata haru.
Aksi pemukulan yang dilakukan polisi saat malam tahun baru lalu, menarik simpati rekan korban. Perkumpulan pedagang ikan di Pasar Inpres Waingapu meminta agar Kapolres Sumba Timur menindak anggota yang bersalah, dan mereka berharap kasus ini tidak kembali terulang lagi.
“Kami berharapa kasus ini tidak lagi terulang. Tidak hanya pada kami dan rekan kami sesama penjual ikan, namun juga kepada masayarat kecil lainnya. Jika masih terjadi, kiranya pelaku dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku,” kata Chenk, perwakilan pedagang, dan diamini sejumlah rekan penjual ikan lainnya.
(Dion Umbu Ana Lodu/Sindo TV/kem) - okezone.com
Dia menjelaskan, penganiayaan yang dilakukan oknum polisi tersebut tidak patut ditiru. Dia memastikan hari ini juga akan membawa para pelaku dan jajarannya untuk datang ke rumah korban.
Langkah ini ditempuh sebagai bentuk simpati juga kembali menjalin silaturahim jajarannya dengan korban, khususnya, dan warga, pada umumnya.
Hafid Harun, korban penganiayaan, yang ditemui terpisah menyambut baik niat damai yang dikemukakan Kapolres Sumba Timur. Karena terharu, Hafid meneteskan air mata.
Air mata yang mengalir diakuinya sebagai bentuk kelegaan hatinya karena polisi nomor satu di Sumba Timur itu menuhi harapannya.
“Jika Pak Kapolres mau datang langsung bersama anggotanya yang memukul saya untuk memohon maaf secara langsung, saya juga manusia yang punya hati, pasti akan menerimanya. Apalagi jika mereka turut meminta maaf pada keluarga, saya yakni kakak dan mama saya terima permohonan maaf itu,” tuturnya terpisah.
“Saya juga berterima kasih juga buat kawan dan saudara wartawan yang turut mengangkat persoalan ini,” jelasnya dengan terbata-bata seraya meneteskan air mata haru.
Aksi pemukulan yang dilakukan polisi saat malam tahun baru lalu, menarik simpati rekan korban. Perkumpulan pedagang ikan di Pasar Inpres Waingapu meminta agar Kapolres Sumba Timur menindak anggota yang bersalah, dan mereka berharap kasus ini tidak kembali terulang lagi.
“Kami berharapa kasus ini tidak lagi terulang. Tidak hanya pada kami dan rekan kami sesama penjual ikan, namun juga kepada masayarat kecil lainnya. Jika masih terjadi, kiranya pelaku dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku,” kata Chenk, perwakilan pedagang, dan diamini sejumlah rekan penjual ikan lainnya.
(Dion Umbu Ana Lodu/Sindo TV/kem) - okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar