Senin, 30 Januari 2012

Pulau Seribu Kuda, Sumba

Pernahkah Anda menyaksikan  film cowboy di TV yang sarat dengan adegan aksi kejar-kejaran dia tas kuda?. Para pemain  di film itu akan saling tembak-menembak  dan memacu kudanya secepat-cepatnya. Kuda  kuda handal ditampilkan bersama aktor utama dalam film-film tersebut. Ternyata  kuda-kuda andalan seperti itu bukan hanya ditemukan dibarat saja. Yang menarik,  di negeri  kita sendiri terdapat kuda andalan yang tidak kalah dengan kuda dari barat. Nah kuda - kuda tersebut paling banyak kita temui di Sumba.

Siapa yang tak kenal Sumba? Sumba identik dengan sabana yang luas serta ternak yang berkeliaran bebas di padang rumput. Hamparan ribuan hektar padang sabana tidak saja menjadi habitat pengembaraan hewan, tetapi juga menjadi pesona alam nan indah. Kuda memang segalanya bagi masyarakat Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Hewan ini tidak semata - mata digunakan untuk mengangkut barang, tetapi juga sebagai hewan tunggangan dan pacuan.


Dari berbagai jenis kuda di dunia, kuda Arab dapat dianggap sebagai cikal bakal kuda-kuda yang ada di Sumba saat ini. Kuda di Indonesia dipengaruhi iklim tropis serta lingkungan. Kuda yang terdapat di Sumba dan wilayah Asia Tenggara pada umumnya termasuk ras timur. Berbeda dengan kuda ras Eropa dan Amerika yang memiliki tengkorak lebih besar.

Tinggi badannya berkisar 1,15 - 1,35 meter sehingga tergolong dalam jenis poni. Bentuk kepala umumnya besar dengan wajah rata, tegak, sinar mata hidup serta daun telinga kecil. Ciri-ciri lain, bentuk leher tegak dan lebar. Tengkuk umumnya kuat, punggung lurus dan pinggul kuat. Letak ekornya tinggi dan berbentuk lonjong, dada lebar, sedang tulang rusuk berbentuk lengkung serasi.


Kakinya berotot kuat, kening dan persendiannya baik. Sedangkan bentuk kuku kecil dan berada di atas telapak yang kuat. Jika kuda ini berdiri, akan tampak sikapnya yang kurang serasi (kurang baik), karena kedua kaki bagian muka lebih berkembang bila dibandingkan dengan kaki belakang. Sikap berdiri seperti ini terdapat pada berbagai jenis kuda di Asia Tenggara, termasuk di Sumba. Kuda ini juga memiliki daya tahan (endurance) yang istimewa. Warna rambutnya bervariasi: hitam, putih, merah, dragem, hitam maid (brownish black), bopong (krem), abu-abu (dawuk), atau juga belang (plongko). Dengan bentuk postur tubuh kuda tersebut, maka beberapa masyarakat Sumba menyebutnya Kuda Sandel, atau lebih lengkap kuda Sandalwood pony. Selain itu nama "sandalwood" sendiri dikaitkan dengan cendana ("sandalwood") yang pada masa lampau merupakan komoditas ekspor dari Pulau Sumba dan pulau-pulau Nusa Tenggara lainnya.

Sampai dengan saat ini, kuda-kuda di Sumba hidup bebas di padang pengembalaan.  Kuda-kuda ini sering digunakan dalam ritual “Pasola” yaitu suatu jenis permainan rakyat yang sangat keras. Dimana dua kubu berlawanan secara adat dengan cara mengendarai kuda, masing-masing memacu kudanya dan saling melempar, menghajar dengan kayu (sola) secara keras di tubuh lawan.


Kuda bagi orang Sumba, awalnya  hanya digunakan sebagai alat transportasi. Namun seiring dengan perkembangan kehidupan orang Sumba, kuda tidak hanya sebagai alat transportasi tetapi juga dipakai sebagai mahar (belis), sebagai cendera mata untuk urusan adat seperti perdamaian dan untuk bawaan saat menghadiri upacara penguburan. Bahkan kuda bagi orang Sumba dianggap sebagai kendaraan leluhur. Bahkan supaya masyarakat selalu ingat akan binatang ini, pemerintah setempat membuat tugu kuda di pusat kota.

Sebuah tantangan berat agar kuda sandelwood tidak punah, atau hanya menjadi barang langka bahkan hikayat yang menjadi perbincangan di masa depan. (wagner-febi supit/FB/bd)


sumber: http://beritadaerah.com/budaya/bali/38233


Another Posts:

0 komentar:

Posting Komentar